The Love in Monitor



“Gimana nggak kesel. Coba bayangin, tengah malam saya harus bangun karena suara HP. Pas saya angkat, nggak ada jawaban. Ngeggangu orang tidur saja,” terang Rehan panjang lebar. Temannya hanya manggut-manggut, entah paham apa nggak.

Tiit…tiiit…titit…Rehan terbangun dari tidurnya ketika HP-nya berbunyi tiga kali pas di dekat daun telinga. Ia bangkit dengan mata masih terpejam sambil tangannya mencari barang antik itu. Setelah menemukan HP tersebut yang berada di tempat tidurnya, ia menekan tombol.
“Ya, halo? Siapa ini?”
Hanya suara detak jarum jam yang terdengar.
Diletakkan kembali HP itu. Setelah dari pihak yang
menelepon tak ada jawaban sama sekali. Rehan pun
beranjak dari tempat tidur untuk mengambil air minum yang berada di atas meja belajar. Sebab ia suka kehausan bila bangun tidur. Dengan langkah lunglai tangannya mengusap-usap matanya yang merah dan sepat. Glek!!! Segelas besar, air ia habiskan. Kayak orang habis lari jarak 10 kilo saja. Rehan kembali lagi ke tempat tidur. Sebelumnya ia melihat jam di dinding kamarnya. Sehingga ia hanya menghembuskan nafas panjang, dan berlalu tidur. Tapi beberapa menit
kemudian. Tiit…tiiit…tiitit…
HP-nya berbunyi lagi. Tapi kali ini Rehan langsung
bangun dan mengambil HP tersebut.
“Halo? Siapa ini?” teriaknya kesal.
Lagi-lagi hening yang di dapat Rehan. Ia lalu bangkit dan menyimpan HP-nya ke dalam lemari. Diselipkannya HP itu di lipatan baju paling dalam.
“Rasain!” Sambil menutup pintu lemari dan mengunci rapat-rapat.
Tengah malam begini, masih saja iseng. Siapa sih?
Jadi penasaran nih. Kalau saja tahu orangnya, akan saya hajar. Tapi, masa sih teman-teman. Kayak nggak ada kerjaan lain saja. Tapi mungkin nggak ya?
Ah, sebodoh amat. Nanti saja saya tanyain satu-satu besok. Bisik hati Rehan. Pikirannya melayang ketika ia sudah berada di tempat tidur.
Lalu setelah itu ia pun menutupi seluruh tubuhnya
dengan selimut. Supaya tidak ada lagi yang mengganggu tidurnya. Rehan pun terpejam pulas.
Tok, tok, tok!!!
Suara gaduh di balik pintu.
“Halo….get up man…!” Seseorang memanggil dari luar kamar. Rehan hanya beringsut di tempat tidur dan menutupi kembali dengan selimut. Matanya masih berat untuk terbuka.
“Halo…Rehan… bangun! Sudah jam berapa ini. Tidur kok kayak mayat sih. Ayo cepat bangun!” suara dari luar pintu terdengar berteriak.
Rehan bangun dan bergegas membuka pintu kamarnya yang terkunci. Dibukanya pintu kamar tersebut. Rehan berbalik ke tempat tidurnya. Tapi buru-buru orang yang tadi di luar itu masuk dan menarik telinganya.
“Eh, mau kemana lagi. Bukannya cepetan mandi dan pergi ke sekolah. Ini malah mau tidur lagi,” kata Mamanya kesal. Nggak biasanya Rehan bangun telat. Biasanya kan ia
lebih awal bangun. Tapi, hari ini mungkin lagi kena
sial kali ye…!
“Iii…iya, Ma. Ampun.” Tangannya menarik tangan Mama dari telinganya, lalu menatap Mamanya yang lagi pasang wajah marah.
“Kamu tuh gimana sih? Mama sudah teriak–teriak, kamu enak tidur lagi. Ngapain aja semalaman heh?” Cerca Asih, mamanya.
“Huaaahk.”
Rehan mengeliat merentangkan kedua tangannya. Lalu mengambil handuk yang tergantung di gantungan baju.“Emang sekarang jam berapa Ma?” tanya Rehan pada Mamanya yang sedang membereskan tempat tidur.
“Jam setengah tujuh kurang lima menit.”
Sontak Rehan langsung melek lebar-lebar, setelah
mendengar jawaban Mama.
“Ulangi lagi Ma. Jam berapa?”
“Setangah Tujuh…”
Suara Mama mengguncangkan pikiran Rehan.
“Waduh! Kesiangan nih.” Buru-buru Rehan menuju kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air. Sedangkan Mamanya menyiapkan seragam sekolah dan sarapan untuknya setelah membereskan tempat tidur.
Di dalam kamar Rehan sibuk sendiri. Memakai baju dan menyisir rambutnya yang sedikit gondrong. Lalu, mengambil buku pelajaran yang tertumpuk di atas meja belajar. Tetapi, ia berpikir sejenak mencari sesuatu yang belum ia bawa. Sebuah barang antik yang mungil.
Dia mengingat-ngingat HP-nya terakhir ia simpan di mana. Setelah beberapa menit HP tersebut ditemukannya ada di dalam lemari di lipatan baju.
Setelah semuanya selesai dan siap, Rehan berangkat ke sekolah tak lupa memakan sepotong roti dan pamit.
Rehan langsung cabut dengan motor Suzuki Smash-nya. Tapi, HP-nya belum ia buka sama sekali. Ia langsung menaruhnya ke dalam tas.
Si raja siang sudah menyebarkan sinar emasnya ke
seluruh permukaan bumi. Pepohonan berseri-seri
menyambut kedatangan si raja siang. Sampai beberapa hewan saling bercanda gurau dengan sejenisnya. Waktu telah menunjukan angka 07.15 WIB. Berarti jam sekolah sudah masuk. Rehan sudah berada di kelas,
meskipun terlambat lima menit. Beruntung guru mata pelajarannya telat, jadi ia nggak kena strap deh.Rehan sekolah di SMA Negeri Satu. Sekolah itu disebut sekolah favorit. Karena selain fasilitasnya bagus, siswa-siswinya juga tajir dan smart. Rehan di sekolah kelas 2 IPA 1 yang dikategorikan sebagai kelas paling super. Sebab, di kelas 2 IPA 1 anak-anaknya oke banget otaknya. Juga siswinya bening dan tak kalah dengan siswa cowoknya yang bikin cewek kelas lain
histeris. Terutama Rehan yang sering dibanggakan.
Sudah ganteng dan senyumnya itu man… bikin mata cewek yang melihatnya berbinar-binar. Tapi yang dilihatin cuek saja. Bisa-bisa, huuuh gawat gitu lho! Bel jam istirahat telah berdentang. Semua siswa yang berada di kelas keluar menuju tempat jajanan di kantin sekolah. Tapi ada juga yang masih ingin berdiam di kelas.
“Mat, kamu semalam misscall saya kan?” Rehan langsung interogasi temannya.
“Ah, nggak tuh Han. Justru dari kemarin HP saya lagi KO. Habis pulsanya,” jawab Hikmat berpindah tempat duduk.
“Lantas siapa?”
“Coba saja tanya sama si Arman. Dia kan baru beli HP tuh. Siapa tahu dia.”
Tiba-tiba Arman masuk kelas dengan mulut penuh
makanan. “Nah…itu orangnya datang.” Hikmat langsung menarik
Arman yang lagi asyik ngunyah.
“Man, kamu kan yang ngerjain saya tengah malam.”
Rehan mendekatkan wajahnya.
“Nyam…nyam…, nggak tuh.” Arman hampir terselak.
“Emangnya ada apa sih?” tanya Andi yang tiba-tiba muncul.
“Tahu tuh si Rehan. Kayaknya genting banget.” Hikmat menimpali.
“Gimana nggak kesel. Coba bayangin, tengah malam saya harus bangun karena suara HP. Pas saya angkat, nggak
ada jawaban. Ngeggangu orang tidur saja,” terang
Rehan panjang lebar. Temannya hanya manggut-manggut, entah paham apa nggak.
“Oh, jadi begitu.” Si Pandir nongol juga. Meski lain
kelas, ia ikut nimbrung. Sedangkan yang lain hanya
menatapnya.
“Iya juga tuh. Kalau ketahuan orangnya kita gembreng saja bareng-bareng.” Sela Andi mengompori teman-teman.
“Iya!” Serempak yang lain ikut emosi. Tetapi Rehan tidak menggubris, ia membuka tasnya dan mengambil HP itu. Setelah dipijit tombol-tombolnya dan membuka kotak panggilan yang penuh dengan nomor tak jelas siapa yang punya, ia membuka kotak SMS. Ternyata penuh dengan nama yang nggak ia kenal. Tapi romantis.
“Teman-teman lihat nih,” Rehan menunjukkan monitor HP-nya. Serentak mereka mengerubunginya membentuk lingkaran.

Dari : Cinta
Hai….cowk? Mau dong kenalan.
Who am I and look for me?

Dari: Kasih
I like you. Cause ur handsome. See u and bye….

Dari: Shiver
Only yu can…?
I will come for yu.
Temannya tertawa terbahak-bahak. Setelah membaca SMS tersebut. Rehan hanya menatap sinis kepada teman genknya itu. Dalam hati Rehan menggerutu, melihat respon temannya. Bukannya kasih ide buat menyelesaikan kasus ini, eh malah kegirangan. Rehan kesal. Marah bercampur malu.
“Udah, udah! Kok kalian jadi tertawa sih?” bentak
Rehan lalu menyimpan HP itu ke dalam saku bajunya. Teman-temannya masih terpingkal-pingkal.
“Kalian gimana sih. Bukannya bantuin.”
Rehan pasang tampang cemberut.
“Yo… gitu aja marah. Iya deh, kita bantuin.” Andi
menimpali pernyataan Rehan tadi.
“Tenang aja, Han. Kita bantu kok. Tapi lucu juga
ya…hahaha.” Mereka tertawa lagi.
“Nekat juga tuh cewek. Emangnya nggak ada cowok lain.
Beraninya hanya SMS doang. Huuh cemen…!” kata Arman dengan gayanya yang ceplas-ceplos.
“Mendingan kerjain lagi saja. Biar kapok.”
“Iya Han.”
Bukannya ngasih ide. Eh, temannya banyak yang
ngedukung. Supaya ngebalas SMS itu. Rehan jadi serba salah. Terpaksa ia harus berusaha mencari tahu orang tersebut.
Sampai bel masuk, mereka yang di dalam kelas 2 IPA 1 pecah menduduki tempat duduknya. Ada juga yang keluar karena kelasnya bukan di situ. Hingga jam mata pelajaran terakhir selesai dan bel pulang berdentang, Rehan masih nggak ngeh!
Rehan pulang dengan perasaan dongkol karena
teman-temanya hanya bisa mengolok-olok. Tidak ada ide dari temannya yang masuk dalam otaknya. Meski harus pusing tujuh keliling, Rehan harus mencari dengan caranya sendiri.
Siang hari cerah. Butir-butir kristal membasahi baju sekolahnya. Rehan sampai di depan rumahnya yang berada di komplek Hegar Alam, setelah melewati tiga kampung. Tetapi sebelum masuk, sebuah mobil Escudo blue berhenti di rumah besar, yang baru seminggu ditempati. Rumah itu pas di depan rumahnya. Jadi boleh di bilang tetangga baru. Tapi?
Seorang cewek yang keluar dari mobil itu. Tingginya yang semampai dan kulitnya yang putih mirip dengan Artis Alyssa Soebandono. Dengan baju seragam putih abu-abu yang masih melekat di tubuh, ia melambaikan tangan ke Rehan. Rehan yang menatap dari depan rumah hanya balas dengan senyum. Namun, ia merasa heran
dengan cewek yang belum ia kenal ini. Kok, bisa tahu dengannya dari siapa? Ketemu juga baru kali ini. Eh, tuh cewek sudah seperti kenal dekat saja. Cantik juga. Siapa ya namanya? Pengin kenalan nih. Tapi, kok atribut seragam itu mirip dengan sekolah….

Read Users' Comments (0)

0 Response to "The Love in Monitor"

Posting Komentar